Kemenangan

Ramadhan baru saja berlalu. Tepat satu minggu yang lalu kita umat islam merayakan hari kemenangan setelah satu bulan penuh berlomba beribadah untuk mencapai predikat takwa. Di bulan inilah saya dapati keimanan saya yang masih sangat dangkal. Nasehat yang sering saya ucapkan ke teman-teman yang sengaja curhat mengenai keadaan ekonomi mereka, ternyata akhirnya saya yang harus merasakannya kembali.
Sudah beberapa bulan ini saya mengabdikan diri sebagai pegawai pemerintah dengan suka rela karena gaji belum dibayarkkan. Saya juga sudah berhenti memberikan les bahasa inggris untuk anak-anak SD sehingga secara otomatis penghasilan saya terhenti. Meski masih terdapat bros-bros buah tangan yang laku di pasaran tetapi hanya cukup untuk membeli bensin motor pinjaman. Jika saya pikir-pikir bulan puasa kali ini adalah puasa termiskin ketika orang lain menganggap saya sangat bahagia karena lulus CPNS. Sebuah ironi yang membuat saya sadar betapa kita manusia itu terbatas.
Di bulan ini juga saya nyaris tidak pulang ke kampung halaman. Adik-adik saya yang lain sudah mempersiapkan dana untuk pulang kampung sementara uang saya habis untuk hidup 4 bocah yang bersama saya saat itu. Saya katakan bahwa saya tidak punya uang untuk pulang. Tetapi adik-adik saya itu tetap memesan mobil pulang kampung untuk 5 orang dan itu berarti saya juga mesti pulang.
Satu jam sebelum mobil pesanan datang. Adik saya yang nomor tiga datang membawa beberapa lembar uang merah dan biru. Dia kibas-kibaskan uang itu di depan saya dan berkata kita pulang. Lebaran akhirnya bersama ibu dan keluarga.

PhyMotivator
Sitti Rahma Yunus